bisnis online $10 hanya daftar dijamin dapat $10

Friday, 18 January 2013

Kita Lebih Sering Lupa Untuk Bahagia


Beberapa hari belakangan ini, inspirasi lagi ‘seret’. Coba corat coret, tapi si hati protes, “bener neh mo nulis yang itu?”. Tapi lumayanlah, karena ternyata si Hati masih bersuara, masih protes. Ngasih advise, ini itu, untuk dipertimbangkan oleh si otak. Dua hari yang lalu ada peristiwa yang kurang menyenangkan (ukuran aku sebagai manusia :-) ) Begitu rajinnya aku ngabsen sang hati, lagi berat kah atau ringan… Ternyata waktu kejadian itu, rasanya cukup berat, tapi nggak banget lah, namun cukup menggantung seperti mendung yang nunggu numpahin ujan. Bolak-balik, sana-sini. Akhirnya curhat ama Tuhan. Itupun juga masih tersisa perang hebat di dada, namun magicnya, aku dapat satu clue…. Aku tantang rasa nggak enak itu untuk keluar sekalian. Dan guess what? Tumpah ruah dengan meriah….
Kususuri satu-satu, ringan, berat. Pelan-pelan aku ngobrol sambil membujuk sang hati untuk mengakui bahwa kejadian itu memang ada dan sedang senang dengan aku. Si hati tak kasih tau, “mbok ya diterima saja karena itu realita” Setelah si hati manggut setuju, akhirnya pelan-pelan beban berat tadi berkurang, meskipun sewaktu nulis ini masih ada residue, tapi sangat significant bedanya….
Alhamdulillah, yang namanya latihan memonitor termometer perasaan itu sangat menantang. Tapi dari segala tantangan itulah terbentuknya ilmu dan cara baru untuk perbaikan dan pemeliharaannya, supaya ‘merkurinya’ bisa dipake lama.
Sudah dulu ya, aku mesti tugas jaga neh. Biasa, jagain si hati supaya bisa dimonitor kegiatannya, biar yang lain jadi managable. Semoga istiqomah. Aamiin. Tetap Semangat!

Kita Lebih Sering Lupa Untuk Bahagia



Ingat sewaktu kecil? Kalau marah, marahnya total, kalau seneng, ya total juga. Fokus, 100%, dengan seluruh pikiran dan perasaan. Ini yang menggerakkan saya menulis. Saya ‘jealous’ dengan bocah-bocah imut yang main deket kos. Mereka begitu riang, seolah esok pasti bahagia, energi mereka begitu menyenangkan…
Kita pernah juga kan kecil? Pernah juga merasakan totalitas itu. Lalu apa yang salah? Basically, kita dengan personality kita yang sekarang adalah 20% genetik + 80% tempaan lingkungan. So who we are and how we react, rumusnya ya itu-itu juga.
Lalu apa hubungannya dengan kita sering lupa untuk berbahagia? Mungkin berhubungan mungkin juga tidak, tapi intinya adalah, saat kita hidup, kita terlalu sering melihat sisi gelap instead of sisi terang akan masalah. Kalau kita ditimpa masalah, seolah-olah bumi kan runtuh, semua isi bumi ini nggak berpihak dengan kita. Lalu rasa itu yang kita bawa kemana-mana, hingga saat kita kebagian untuk berbahagia, senang, gembira, mungkin saja bisa kita lakoni, tapi hanya setengahnya saja… Gimana nggak, sewaktu kita senang, berbahagia, kita tidak menikmati prosesnya secara total. Kita hanya sampai pada tahap senang dan gembira, full stop. Jarang rasa senang dan gembira kita rasakan secara total dengan ‘mengangkat’ rasa bahagia ke tingkat yang lebih tinggi, berterima kasih sama Allah. Sehingga rasa yang terhampar di dada adalah rasa kelapangan yang luar biasa, rasa syukur yang mengalir deras bahkan untuk masalah yang sedang dihadapi.

Hidup Yang Remeh Temeh



Energi kita setiap hari, bagi yang tidak masuk kelompok ‘lebih baik’, sudah waktunya kita teliti kembali. Reaksi yang kita lakukan setiap hari atas peristiwa yang datang pada kita. Reaksi inilah yang menentukan akankah kita setiap hari bertumbuh dengan sehat atau malah semakin kerdil ditelan masa. Mungkin saja kita masih lebih banyak bereaksi untuk hal yang remeh temeh. Hal remeh temeh adalah hal-hal kecil yang sebenarnya tidak perlu kita anggap sebagai hal yang perlu dipersoalkan. Contoh ringan, jika ada yang mengkritisi cara atau warna pakaian kita di depan orang banyak. Reaksinya; balik menyerang dengan menjatuhkan kawan bicara atau tersenyum manis pada kawan bicara lalu berkata dalam hati “Energi saya hanya untuk hal-hal yang penting saja”
Memang tidak mudah membiasakan hal-hal yang sebenarnya biasa yang kita tidak terbiasa. Seolah-olah, siapapun yang menghalangi jalan kita untuk terlihat, berposisi dan merasa lebih baik harus dilibas agar lancar jalannya, hingga akhirnya kitalah yang menjadi looser! Belum lagi tambahan musuh yang tidak terlihat.

Cermin Yang Tak Retak


Self Acceptance 

Self acceptance akan menjadi obat buat yang kurang percaya diri, karena tahu bahwa setiap manusia punya strenght and weakness, itu juga berlaku buat dirinya sendiri. Self acceptance juga akan membuatnya bersahabat baik dengan dirinya sendiri, sehingga tidak perlu extra tenaga untuk “berperang” dengan diri sendiri karena merasa tidak pernah puas atas dirinya, atas hidupnya. Padahal masa lalu adalah sejarah. Berapa banyak diantara kita yang tiba-tiba jadi ahli sejarah? Kita muter-muter aja dengan sejarah masa lalu kita, seperti gasing yang diputer. Habis energi terkuras mikir yang mubazir. Padahal sejarah itu hari kemarin. Ada hari ini agar bisa lebih baik dari kemarin. Bukankah hidup bahagia sangat tergantung dari sudut mana kita memandang hidup itu sendiri? Seberapa besar usaha kita untuk selalu bersyukur?
Percayalah, apapun yang kita miliki sekarang adalah hadiah yang terbaik untuk kita. Terimalah itu sebagai modal untuk menjadi manusia yang lebih berkualitas menuju sukses untuk dunia akhirat.

Berpikiran Positif Atau Berperasaan Positif? 

Pintu-Pintu Yang Terbuka 


Love The Day 


0 comments:

Malaysia Free Backlink ServicesFree Promotion LinkFree Smart Automatic BacklinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service
Template by : om oceanmoney.blogspot.com